Tulisan dari : Buya H. Mas'oed Abidin
Gema Hati & Persaudaraan (GHP)
عَنْ عَلِىِّ بن أَبِي طَالِبِ رَضِىَ الله عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ، قال رسول الله ص.م: الدُّعَاءُ سِلاَحُ المُؤْمِنِ وَ عِمَادُ الدِّيْنِ وَ نُوْرَ السَّمَاوَاتِ وَ اْلأَرْضِ
"Dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Doa adalah senjata orang mukmin, tiang agama dan cahaya langit dan bumi." (HR. Al Hakim)
Doa dalam istilah agama adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Di antara rukun doa adalah harus ada pemohon, yaitu hamba. Kemudian ada Dzat yang mengabulkan permohonan dari hamba, yaitu Allah SWT, dan selanjutnya adalah permohonan itu sendiri, yaitu sesuatu yang diminta oleh pemohon.
Imam At Thiby mengatakan bahwa dengan doa menampakkan kerendahan diri dalam keadaan tidak berdaya dan tiada berkekuatan kepada siapa doa itu di arahkan dan kemudian mengatakan hajat, keperluan, dengan ketundukan kepada yang mmempu mengabukan doa itu, yakni Allah SWT. Doa adalah sarana penting bagi manusia untuk bermohon kepada kekuatan yang Maha Tinggi dan Maha Kuat.
Doa adalah pengakuan akan kelemahan makhluk manusia di hadapan Khaliqnya. Dengan doa segala perasaan tercurahkan sehingga terjalinlah hubungan langsung antara Allah dengan hamba-Nya. Boleh dikatakan hampir setiap orang mengenal doa, dan sering melakukannya. Bahkan seorang pendurhaka sekalipun ketika dalam kesusahan juga memohon dengan berdoa kepada Allah SWT.
Setiap manusia di dalam kesusahan selalu berlindung kepada Allah SWT. Allah selalu melindunginya dari bahaya atau kesusahan. Namun, kebanyakan manusia setelah selamat melupakan pertolongan dari Allah itu. Hal itu terjadi banyak ditentukan oleh kadar iman kepada Allah SWT.
Doa adalah sebuah pengakuan dari seseorang akan kelemahannya. Seseorang yang enggan berdoa, masuk kepada golongan sombong yang merasa bahwa dirinya memiliki kekuasaan dalam memenuhi semua hajat dan keinginannya tanpa memohon bantuan kepada Khalik. Inilah manusia yang melampaui batas lantaran mereka melihat dirinya serba berkecukupan. Allah SWT berfirman:
"Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas karena dia melihat dirinya serba cukup." (Q.S Al 'Alaq: 6-7)
Kebanyakan manusia, ketika senang dan mendapat nikmat, seringkali lupa dengan sumber nikmat itu. Tetapi di kala musibah menimpa, kesusahan membelit kehidupan, mulailah ia merunduk meratakan dahi menghiba-hiba memohon perlindungan ke haribaan Tuhannya. Ketika itu, mereka selalu bermunajat, berharap, memohon, dan merintih kepada Tuhannya.
"Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa." (Q.S Fusshilat: 51)
Semestinya bermunajat kepada Allah, adalah bagian dari upaya mendekatkan dirinya kepada Allah atau taqarrub kepada Allah yang diutamakan. Dengan berdoa, seseorang berkomunikasi langsung dengan Khaliq, Sang Penciptanya. Di saat berdoa, di dalam diri lahir suatu keyakinan bahwa Allah SWT Maha Mendengar, Maha Mengetahui dan Maha atas segalanya.
Dengan keyakinan itu, timbul dorongan meningkatkan amal ibadah shaleh. Inilah semestinya tujuan utama dari doa. Terkabulnya doa bukan semata-mata karena tangisan sesaat di kala munajat. Terkabulnya doa ada syarat menyertainya. Di antaranya didahului penyucian diri (tashfiyatul qalbi wa tazkiyatun nafsiy) sehingga diri jauh dari apa yang dimurkai Allah dan diri mendekat kepada ridha Allah.
Abu Ishaq – Ibrahim bim Adham bin Manshur (161 H/778 M) seorang sufi kelahiran Balkh, Khurasan pernah ditanya seseorang dari Basrah, "Mengapa doa kami tidak dikabulkan, padahal Allah telah berfirman: "Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu."? Ibrahim bin Adham menjawab: "Karena hati kalian telah mati." Ditanyakan lagi : "Apa yang bisa mematikannya?" Ibrahim bin Adham menjawab, "Delapan hal:
1). Kamu tahu hak Allah, tetapi tidak melaksanakan hak-Nya,
2). Kamu baca Al Qur'an, tetapi tidak mau amalkan hukum-hukum-Nya,
3). Kamu katakan cinta Rasulullah SAW, tetapi tidak mau melaksanakan Sunnahnya, (bahkan tidak mau bersalawat)
4). Kamu katakan takut mati, tetapi tidak pernah bersiap diri untuk menghadapinya,
5). Kamu baca firman Allah: "Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuhmu." (Q.S. Fathir: 6), tetapi kamu dukung syaithan dengan senang berbuat maksiat,
6). Kamu katakan takut neraka, tetapi kamu campakkan jasad kalian ke dalamnya,
7). Kamu katakan cinta surga, tetapi tidak bersungguh hati berusaha untuk mendapatkannya,
8). Apabila kamu berdiri di hamparan kehidupanmu, maka kamu lemparkan aib-aib kamu di belakang punggung kalian, dan kalian gelar aib-aib orang lain di hadapan kalian…….. lalu dengan demikian kalian membuat Tuhan kalian murka, maka bagaimana mungkin Dia mengabulkan doa kalian?"
Sebelum bermunajat menutur doa ke hadirat Ilahi, alangkah bijaksananya periksa dulu prilaku diri … murka Allah haruslah dihindari, sehingga doa terkabulkan dan amal pun diridhai ….Ingatlah selalu Firman Allah dalam QS.2 Al Baqarah ayat 186. Maka kita masuki kehidupan kita kapan saja dengan menyelam ke lubuk hati kita masing-masing.
HIDUP YG BAIK : BERMODAL TAUHID.., BERHIAS ISTIGHFAR & DO'A
Mari kita teguhkan iman & taqwa kita..., agar kita tidak menjadi golongan manusia yang melupakan Tuhannya..., supaya kita tidak terjerembab ke dalam kehidupan yang cenderung mendidik sikap lupa diri ini.
وَلآ تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS.59, Al Hasyr :19).
BACA SELENGKAPNYA....
DO'A SANGAT PENTING DALAM KEHIDUPAN
SHALAT BERJAMAAH DI MASJID...? HARUS!
Shalat berjamaah di Masjid? … Harus!!!
Kok bisa? Coba simak dialog seorang buta dengan Rsulullah ini :
Seorang buta mengadu pada Rasulullah : “Ya Rasul, tiada yang menuntunku mengantar ke masjid, maka berilah keringanan untukku shalat di rumah”. Kemudian ia diberi keringanan oleh Rasul. Namun ketika ia baru beberapa langkah menuju pulang, Rasulullah memanggilnya kembali: “Adakah kamu mendengar adzan?”. Jawabnya : “Ya, aku mendengarnya”. Sabda Rasul: “karenanya, hendaklah kau penuhi panggilan (adzan) itu”. (HR Muslim)
Jujur, ketika mendengar kutipan hadits di atas saya cukup shock. Apa sih istimewanya shalat berjamaah di masjid hingga Rasul sedemikian ‘keukeuh’ meminta seorang buta melakukannya?
Shalat di Masjid, Banyak Untungnya
Hmmm … pertama : nilainya 27 kali lipat shalat di rumah/sendiri (HR Bukhari-Muslim), ini sudah ribuan kali kita dengar dari (mungkin) ratusan ustadz, guru agama di sekolah hingga ustadz di televisi. Tapi sepertinya selama ini kita (khususnya saya) nggak ‘mudeng’ dan menganggap ini hanya angin lalu, alias nggak penting. Toh kita sudah melakukan shalat lima waktu, lha wong yang shalat bolong-bolong saja masih banyak …
Tapi kalau kita gunakan logika sederhana, pilih mana kita bekerja dengan gaji satu juta dibandingkan dengan gaji 27juta? Orang waras mana yang akan memilih yang hanya 1 juta, ya kan?
Kedua, Jika sebelumnya kita telah berwudhu maka setiap langkah kita menuju ke masjid derajat kita akan dinaikkan 1 derajat serta diampuni 1 dosa (HR Muslim). Luar biasa bukan, bukan hanya dihapuskannya dosa kita, tapi juga dinaikkan derajat kita. Subhanallah. Makin jauh lokasi kita berarti makin oke tuh :).
Ketiga, selama kita berada di masjid malaikat mendoakan kita (HR Bukhari-Muslim). Tahu kan, bahwa mereka adalah mahluk-mahluk suci yang niscaya tak akan tertolak doanya. Kapan lagi kita mendapatkan prestise semacam ini?
Keempat, selama menunggu shalat kita dianggap melakukan shalat. Ck ck ck! Sungguh Maha Pemurah Allah.
Oh ya, satu lagi. Waktu antara adzan dan iqamat ternyata adalah waktu mustajab bagi doa kita, alias doa kita tidak akan tertolak oleh Allah. Great!
Shalat di Masjid, Penting lho!
Hanya orang munafik yang berat melaksanakan shalat berjamaah di Masjid, terutama ketika Subuh dan Ashar (HR Abu Hurairah). Wah ini yang cukup mengerikan buat kita. Apa rela kita menjadi bagian orang-orang munafik, yang bahkan Rasul membenci mereka melebihi kaum kafir. Moga kita bukan bagian dari mereka, amien …
Ini saya kutipkan hadist lainnya …
Seseorang mengadu kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasul, bahwasanya kota Madinah ini banyak binatang buas lagi kejam, yang tentu aku sangat khawatir atas keselamatanku". Rasulullah menjawab : "Adakah kamu mendengar Hayya alash-shalah, hayya alal falah? Kalau mendengarnya maka datanglah untuk memenuhinya” (HR Abu Daud).
Wah, berarti kondisi alam yang berat sekali pun kita tetap harus ke masjid. Apalagi Cuma karena gerimis kecil, bukan halangan lagi ya? Hmmm Moga kita diberikan keringanan langkah dan kemudahan selalu.
Murka Rasul!
Rasulullah bersabda : “ Demi Dzat yang diriku ditangan-Nya, aku ingin menghimpun kayu bakar, lalu kusuruh seseorang mengumandangkan adzan shalat, dan kusuruh pula imam memimpin shalat berjamaah, dan kudatangi mereka yang tidak shalat berjamaah, kubakar mereka bersama rumah-rumahnya!" (HR Bukhari – Muslim)
Aih, besar benar murka Rasul terhadap mereka yang meninggalkan shalat berjamaah. Saya tidak berani berkomentar banyak terhadap hadits ini, terasa sangat gamblang dan jelas aura kemurkaan kekasih Allah ini. Saya sangat merinding begitu mengetahui keberadaan hadits ini. Laa haulaa wa laa quwata illa billah …
Keringanan
Barangsiapa mendengar seruan adzan tetapi tidak dapat memenuhinya tanpa suatu udzur maka shalat yang dikerjakannya tidak akan diterima. Para sahabat bertanya : Apakah udzurnya? Jawab Rasul SAW : ketakutan atau sakit (HR Abu Daud, Ibn Hibban, Ibnu Majah)
Luar biasa ya, mungkin sebelum mengetahui sedemikian pentingnya shalat berjamaah ini kita pasti akan menganggap remeh. Bahkan berlomba-lomba membuat mushala kecil di dalam rumah kita. Ternyata bukan itu yang diinginkan Rasul kita, pasti ada hikmah besar dibalik seruan shalat berjamaah di masjid ini yang belum kita ketahui hingga kini. Apakah ini adalah suatu fasa yang harus kita lewati bagi kebangkitan Islam? Mari kita buktikan bersama. Ayo mulai sekarang aja!
“Sesungguhnya yang meramaikan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS At Taubah : 18).
Oleh: Iman Sulaiman - www.imanmenulis.blogspot.com No.2/XII/09
Catatan penulis: Tulisan ini saya dedikasikan khusus bagi guru, panutan, sekaligus sahabat terbaik saya : Mr. Akhmad Tefur.
BACA SELENGKAPNYA....